Senin, 12 Juli 2010

PENDERITA KATARAK DI INDONESIA SELALU BERTAMBAH 210.000 ORANG PER TAHUN

Mata merupakan bagian dari panca indera yang sangat penting dibanding indera lainnya. Para ahli mengatakan, jalur utama informasi 80 persen melalui mata. Tak ayal lagi, mata seringkali disebut jendela karena bisa menyerap semua yang memantulkan. Fatalnya, cahaya yang masuk justru bisa menjadi faktor penyebab kebutaan. Di Indonesia, jumlah penderita kebutaan akibat katarak selalu bertambah 210.000 orang per tahun, 16 % diantaranya diderita penduduk usia produktif.

Berdasar data organisasi kesehatan dunia (WHO), saat ini di seluruh dunia, ada sekitar 135 juta penduduk dunia memiliki penglihatan lemah dan 45 juta orang menderita kebutaan. Dari jumlah itu, 90% diantaranya berada di negara berkembang dan sepertiganya berada di Asia Tenggara. Sementara itu, 1,5 % penduduk Indonesia berada dalam kebutaan. Hal ini merujuk dari hasil Survei Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran tahun 1993-1996 yang dilakukan Departemen Kesehatan di 8 propinsi (Sumatra Barat, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Barat).
Penyebab kebutaan di Indonesia ini, ungkap Prof Dr H Azrul Azwar, MPH, Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat (Binkesmas), Depkes, umumnya disebabkan oleh katarak. Faktor pemicu katarak itu sendiri bisa disebabkan oleh pantulan sinar ultraviolet, kekurangan riboflavin (vitamin B2) dan usia lebih panjang. Cara efektif melindungi mata dari sinar ultraviolet ini bisa dilakukan dengan memakai kaca mata hitam dan topi. “Pokoknya, jangan keluar menentang matahari tanpa pengaman,” cetus Azrul saat melakukan Jumpa Pers sehubungan Peringatan Hari Penglihatan Sedunia pada 10 Oktober 2002 lalu.
Dr Farida Sirlan, SPM, Direktur Rumah Sakit Cicendo dalam kesempatan itu ikut juga menambahkan bahwa riboflafin banyak terdapat pada kacang-kacangan, sayuran dan daging. Kekurangan riboflafin, banyak dialami masyarakat pantai yang lebih sering mengkonsumsi makanan laut. Dampaknya, mereka mudah terserang penyakit sistemik seperti hipertensi, diabetes melitus dan lain-lain. Apabila terjadi gangguan metabolisme di tubuh, maka lensa mata yang jernih jadi keruh dan menjadi katarak.

Terus bertambah

Menurut Dr Istiantoro, Ketua Persatuan Dokter Ahli Mata indonesia (Perdami, kebutaan di Indonesia pada tahun 1982 baru 1,2%, tetapi kebutaan terus naik hingga sepuluh tahun kemudian menjadi 1,5 %. Padahal, hampir semestinya penduduk Indonesia tidak boleh buta. Mengapa? Karena komitmen ini seharusnya datang dari diri kita sendiri. Kebutaan lebih dari 1% atau yang sering disebut katarak, ungkap Istiantoro, tidak dapat ditanggulangi hanya dengan aspek lini atau pertolongan dokter, tapi juga harus ditangani masyarakat sendiri.
“Katarak merupakan penyakit yang tidak dapat dicegah kecuali pada kebutaannya. Itupun baru bisa efektif bila dilakukan melalui operasi,” jelas speasilis mata ini seraya menguraikan alasannya, “salah satu gangguan pada mata tersebut pasti akan dialami pada kaum lanjut usia karena katarak tergolong penyakit degeneratif.”
Insiden kebutaan katarak di Indonesia diperkirakan 1 permil. Sehingga setiap tahun terdapat kira-kira lebih dari 210.000 penderita katarak baru. Hal ini tidak sebanding dengan kemampuan operasi katarak setiap tahunnya yang hanya mencapai 80.000 orang. Akibatnya, ada 1.720.000 penderita katarak tidak ditangani.
Banyaknya penderita katarak yang tidak ditangani ini, ungkap Istiantoro, sebenarnya lebih dikarenakan tidak adanya uang untuk biaya operasi katarak. Dari 750 orang yang tersebar di seluruh Indonesia, hanya 500 dokter yang aktif dengan kemampuan masing-masing menangani 100 penderita per tahun. Realitanya, setiap minggu satu dokter hanya menangani dua kali operasi katarak.
Lebih jauh, Azrul mengakui, banyak dari penderita kebutaan di negara berkembang adalah mereka yang hidup dalam kemiskinan dan merupakan kelompok lemah dan terpinggirkan. Untuk mengantisipasi semua itu, melalui perogram Jaring Pengaman Sosial Bidang Kesehatan (JPS-BK), program operasi katarak diberikan untuk keluarga miskin. Dan salah satu upaya mencegah kebutaan pada anak-anak, sejak tahun 2001 Depkes telah memberikan vitamin A secara gratis untuk anak-anak usia di bawah lima tahun dan di atas lima tahun, dua kali dalam setahun, yaitu setiap bulan Februari dan Agustus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar