Senin, 14 Juni 2010

Teh Cegah Perempuan Kena Osteoporosis




Osteoporosis sudah lama menjadi momok, terutama perempuan pascamenopause, karena tulang akan menyusut, mudah patah, dan badan jadi bungkuk. Maklum, produksi hormon estrogennya-yang memicu pembentukan tulang-ikut berhenti setelah perempuan tak lagi mengalami menstruasi.
Namun hasil penelitian mutakhir telah menerbitkan harapan baru: mereka yang biasa minum teh sejak mudanya, risikonya terkena osteoporosis menjadi jauh berkurang. Hal ini terungkap dalam laporan hasil penelitian Verona M Hegarty (2000) dan para peneliti dari Clinical Gerontology Unit, University of Cambridge School of Medicine serta Rumah Sakit Addenbrooke di Cambridge, Inggris, yang dimuat dalam American Journal of Clinical Nutrition (2000).
Penelitian dilakukan pada 1.256 perempuan berusia 65-75 tahun, terdiri atas peminum teh 1.134 orang dan bukan peminum teh 122 orang. Mereka diukur BMD (bone mineral density, kepekatan mineral tulang) pada beberapa tulangnya.
Hasilnya, ukuran BMD tulang-tulang peminum teh secara signifikan lebih besar dari pada kelompok bukan peminum teh. Ukuran BMD yang besar menunjukkan kekerasan tulang sehingga tidak mudah rapuh.
Temuan tersebut menambah satu lagi manfaat kesehatan minum teh sekaligus paradoks teh. Soalnya selama ini ada anggapan bahwa tanin menghambat penyerapan dan kafein meningkatkan kehilangan kalsium tubuh, mineral utama yang diperlukan untuk pembentukan dan menjaga kesehatan tulang. Ternyata efek negatif tersebut tidak berlaku pada tanin dan kafein teh.
Kadar kafein pada teh cukup tinggi (1-5 persen) menjadi unik karena efek sampingnya tidak seburuk kafein pada kopi. Kafein teh diserap di usus dan masuk aliran darah melalui proses yang sangat komplek dan lambat. Sementara kafein kopi di serap di lambung dan resorpsinya kedalam aliran darah sangat cepat.
Selain itu kafein teh berfungsi lebih lama dalam merangsang sistem syaraf pusat, membangkitkan semangat, memperkuat jantung, bersifat diuretik, mencegah asma, dan mencegah serangan asma.
Efek perlindungan terhadap osteoporosis diduga berasal dari zat gizi dan non gizi seperti vitamin K, mineral flour (F), magnesium (Mg), flavonoid, dan lain-lain yang terdapat dalam teh. Zat-zat tersebut diperlukan dalam proses pembentukan tulang.
Vitamin K
Selain diperlukan dalam proses pembekuan darah, laporan terbaru menunjukkan vitamin K juga berperan dalam proses metabolisme tulang, yaitu menurunkan kadar undercarboxylated osteocalcin yang berkorelasi positif dengan risiko rawan patah tulang pada penderita osteoporosis.
Vitamin K berhubungan dengan kerapatan massa tulang (bone density). Hal itu tampak pada pasien yang sering mengalami cedera seperti patah tulang pinggul atau paha (menunjukkan massa tulang tidak rapat, banyak poros), yang ternyata kadar vitamin K dalam darahnya lebih rendah.
Suatu penelitian cohort (Feskanich, D et al 1999) di Iowa, AS yang dilakukan selama 10 tahun terhadap 72.327 perempuan berusia 38-63 tahun, menemukan 270 sampel yang patah tulang pinggul. Ternyata meski konsumsi vitamin D tinggi (>8,4 mkg/hari), intake vitamin K yang rendah (di bawah 109 mkg/ hari) membuat risiko patah tulang lebih tinggi dibanding intake vitamin D rendah dengan vitamin K tinggi. Kalau sama-sama tinggi ternyata juga tidak mengurangi resiko patah tulang.
Teh merupakan sumber vitamin K yang baik. Dalam setiap gram teh terkandung sekitar 300-500 SI. Kalau anjuran gizi harian vitamin K menurut WKNPG 1999 untuk perempuan 20 tahun ke atas adalah 65 mg, maka sebagian dapat dipenuhi dari minum teh.
Dalam metabolisme tulang, magnesium (Mg) berperan mengatur jumlah kalsium yang masuk ke dalam sel dan cukupnya ketersediaan magnesium dalam tubuh turut pula membantu mencegah osteoporosis. Minum teh secara teratur berarti sudah memberi kontribusi 400-2.000 ppm dari seitar 280 mg anjuran kecukupan harian magnesium.
Mineral fluor (F) diperlukan dalam menjaga kesehatan gigi dan gusi tetapi juga berperan dalam metabolisme tulang. Sumbangan fluor dari teh terhadap keperluan tubuh harian sekitar 90-350 ppm.
Flavonoid teh terutama berperan sebagai antioksidan yang kuat dalam menetralisir keganasan senyawa radikal bebas, pemicu sekaligus penyebab semakin parahnya kondisi penyakit degeneratif. Menurut Verona, flavonoid teh ternyata juga mempengaruhi dan menjaga massa tulang sehingga tidak mudah rapuh.
Faktor lain
Namun demikian, minum teh perlu didukung dengan upaya mewaspadai faktor risiko osteoporosis. Faktor resiko yang dapat diperbaiki antara lain berhenti merokok dan minum alkohol, olahraga yang sesuai, serta mengkonsumsi makanan sumber kalsium, vitamin dan mineral lainnya. Sedangkan faktor risiko osteoporosis lainnya yang tidak bisa diubah adalah faktor genetik, ras Asia, tinggi dan berat badan di bawah normal.
Bila Anda mengalami menopause lebih cepat dari usia normal (45 tahun ke atas) atau masa haid lebih lama dari umumnya perempuan sehat (5-7 hari), sebaiknya lebih waspada karena itu merupakan sebaian tanda-tanda osteoporosis.
Menurut Dr Muhilal, salah satu pakar gizi Indonesia, untuk mendapatkan manfaat kesehatan teh sebaiknya minum teh (hitam, hijau, ataupun oolong) sekitar 4-5 gelas setiap hari.

(Mohamad Harli, sarjana Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga IPB)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar