Senin, 14 Juni 2010

INFORMATIKA KEDOTERAN DAN PENDIDIKAN DOKTER

Sentuhan Teknologi Informasi dalam Pendidikan Dokter
Dengan semakin meluasnya penggunaan komputer di masyarakat, termasuk di lingkungan kedokteran, menjadi penting untuk mempertanyakan bagaimana pendidikan kedokteran mengantisipasi hal tersebut. Interes terhadap komputing semakin kuat seiring dengan pertumbuhan internet yang eksplosif, terus meningkatnya perhatian media massa, dan pengakuan atas potensi jaringan global untuk membawa informasi kesehatan bagi kepentingan pasien maupun profesional kesehatan.
Beberapa tahun belakang ini, berbagai aplikasi komputer banyak dikenalkan dalam pendidikan kedokteran, terutama computer assisted instruction (CAI), sebagai pendukung pendidikan. Inni dilakukan karena kemampuannya menyediakan kesempatan bagi mahasiswa untuk belajar lebih dalam mengenai materi kedokteran dan dapat memberikan alternatif metode, dari paparan materi, drill, hingga kuis secara multimedia. Jauh sebelum itu, aplikasi statistika juga sudah dikenalkan dalam pendidikan kedokteran, meski statistika hanyalah salah satu bagian dari informatika. Informatika (mengkaji informasi dan pemanfaatan teknologi informasi) di kedokteran dikenal sebagai informatika kedokteran.
Pendidikan dokter masa kini akan melahirkan dokter masa depan yang lingkungan kerjanya tidak akan lepas dari aplikasi teknologi informasi1. Salah satu program Nusantara 21 yang dicanangkan oleh pemerintah untuk menyediakan akses infomasi global hingga ke pelosok-pelosok ditujukan bagi sektor kesehatan, seperti telemedik (telemedicine). PT Askes juga sedang mengadakan riset mengenai pemanfaatan kartu askes yang dapat digunakan sebagai smart card yang juga berfungsi untuk menyimpan data pasien. Beberapa rumah sakit sekarang sudah menggunakan komputer sebagai pendukung administratif keuangan, meskipun belum ada yang menggunakannya sebagai bagian dari sistem pendukung pengambilan keputusan medik. Di sisi lain, berbagai mailing list dan situs web yang berkaitan dengan kesehatan (baik nasional maupun internasional) sudah tersedia di internet. Keadaan ini mempermudah kalangan profesional kesehatan maupun masyarakat awam untuk keep update dengan informasi dan pengetahuan kesehatan terbaru.
Informatika kedokteran perlu mendapatkan perhatian lebih dalam di era informasi global saat ini. Coiera mengatakan bahwa bila pada abad yang lalu jantung pendidikan kedokteran adalah anatomi, maka di abad sekarang jantung pelayanan kesehatan adalah informatika kedokteran. Bila informatika kedokteran sudah mendapat perhatian begitu luas, bagaimana pendidikan kedokteran mengantisipasinya? Apakah pendidikan dokter kita sekarang sudah mencukupi untuk melahirkan dokter yang mempunyai sikap dan ekspektansi yang positif terhadap perkembangan teknologi informasi? Bagaimana fakultas kedokteran mengadopsi informatika kedokteran sehingga dapat membawa manfaat bagi stakeholder-nya?
clip_image002Lingkup Informatika Kedokteran
Disiplin yang terlibat erat dengan komputer dan komunikasi serta pemanfaatannya di lingkungan kedokteran dikenal sebagai informatika kedokteran (medical informatics)9. Dalam pengertian yang lebih rinci, Shortliffe mendefinisikan informatika kedokteran sebagai berikut: “Disiplin ilmu yang berkembang dengan cepat yang berurusan dengan penyimpanan, penarikan dan penggunaan data, informasi, serta pengetahuan (knowledge) biomedik secara optimal untuk tujuan problem solving dan pengambilan keputusan. Oleh karena itu, informatika kedokteran bersentuhan dengan semua ilmu dasar dan terapan dalam kedokteran dan terkait sangat erat dengan teknologi informasi moderen, yaitu komputer dan komunikasi. Kehadiran informatika kedokteran sebagai disiplin baru yang terutama disebabkan oleh pesatnya kemajuan teknologi komunikasi dan komputer, menimbulkan kesadaran bahwa pengetahuan kedokteran secara esensial tidak akan mampu terkelola (unmanageable) oleh metode berbasis kertas (paper-based methods) dan keyakinan bahwa proses pengambilan keputusan sangat penting bagi kedokteran moderen sebagaimana pengumpulan fakta yang akan menjadi dasar keputusan klinik atau perencanaan riset itu sendiri”10. Sedangkan Haux lebih menyukai istilah systematic processing of information in medicine untuk menyebut informatika kedokteran.
Lingkup kajian informatika kedokteran meliputi teori dan terapan4. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa informatika kedokteran merupakan disiplin ilmu tersendiri. Walaupun demikian, posisinya di kedokteran sebenarnya berada di persilangan antara berbagai disiplin ilmu dasar dan terapan di kedokteran serta disiplin di luar kedokteran, seperti ilmu informasi, komputer, statistika, dan psikologi. Secara terapan, aplikasi informatika kedokteran meliputi rekam medik elektronik, sistem pendukung keputusan medik, sistem penarikan informasi kedokteran, hingga pemanfaatan internet dan intranet untuk sektor kesehatan, termasuk merangkaikan sistem informasi klinik dengan penelusuran bibliografi berbasis internet2.
Perkembangan di Berbagai Negara
Diakui, hingga saat ini pusat perkembangan informatika kedokteran berada di Amerika Serikat. Dengan dukungan National Library of Medicine (NLM) yang memberikan grant bagi institusi untuk mengembangkan program pendidikan serta riset informatika kedokteran, disiplin baru di kedokteran tersebut berkembang dengan pesat di AS. Kini, puluhan program S2 informatika kedokteran diselenggarakan di AS6,7. Selain di AS, program graduate informatika juga dikembangkan di negara Eropa, di antaranya Belanda, Jerman, Perancis, dan Swedia.
Sementara itu, pendidikan kedokteran di AS sudah melibatkan peran komputer dalam kurikulum standar mereka dan banyak yang sudah menegaskan bahwa seluruh mahasiswa kedokteran harus “computer literate”. Pengertian “computer literate” secara umum adalah familiar dengan program komputer dasar seperti pengolahan kata, basis data, electronic mail, dan penelusuran bibliografi secara elektronik.
Sebenarnya, fokus utama informatika kedokteran bukan pada “computer literate” itu sendiri, namun seperti yang tersirat dalam pengertian di atas, informatika kedokteran diharapkan dapat memberikan panduan sikap dan ekspektansi para klinisi terhadap potensialitas dan perkembangan teknologi informasi bagi kepentingan kedokteran.
Di wilayah Asia Pasifik, baru Australia, Jepang, dan Korea yang sudah memasukkan informatika kedokteran dalam kurikulum pendidikan dokter. Namun, di wilayah lain seperti Eropa, sama sepert AS, informatika kedokteran sudah menjadi bagian dalam kurikulum pendidikan dokter dengan berbagai variasi. Di Jepang, informatika kedokteran sudah menjadi bagian dari departemen klinik, karena peranannya yang besar sebagai decision support system untuk pengambilan keputusan medik serta sistem informasi rumah sakit. Sementara, di Bosnia Herzegovina, informatika kedokteran masuk ke dalam bagian non-klinik atau public health. Ada kecenderungan bahwa semakin maju perkembangan dan riset informatika kedokteran, posisinya di lingkungan klinik akan semakin diterima.
Secara organisasional, International Medical Informatics Association (IMIA) dengan berbagai kelompok kerjanya telah berdiri semenjak tahun 1970-an. Tidak kurang dari 8 kongres dunia informatika kedokteran (MEDINFO) telah diselenggarakan, dan tahun depan akan diselenggarakan MEDINFO 9 di London. Di wilayah Asia Pasifik, semenjak 1994 terbentuk Asia Pacific Association for Medical Informatics (APAMI) dengan negara anggota Singapura, Jepang, Korea, Hongkong, Malaysia, Philipina, Thailand, Australia, Selandia Baru, Indonesia, Australia, dan Sri Lanka.
Informatika Kedokteran di Indonesia
Di Indonesia, aplikasi informatika kedokteran memang belum banyak terasa, meskipun IHIA (Indonesian Health Informatics Association) sudah terbentuk semenjak 1994. Meskipun demikian, kehadiran komputer di rumah sakit sudah mulai banyak diaplikasikan meski masih sebatas sebagai pendukung sistem administrasi finansial, belum sampai kepada sistem pendukung pengambilan keputusan medik. Demikian juga beberapa rumah sakit dengan dukungan jaringan telekomunikasi berkecepatan tinggi, juga sudah mencoba aplikasi tele
medik (telemedicine). Pendidikan pasca sarjana yang dekat kaitannya dengan informatika kedokteran, yaitu biomedical engineering juga sudah diselenggarakan di ITB. Sedang pendidikan S2 informatika kesehatan telah dikembangkan di UI di bawah pengelolaan Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Di sisi lain, program pendidikan untuk ahli madya di bidang informatika kedokteran juga sudah diselenggarakan oleh UI. Sementara, UGM mulai tahun ini membuka program D3 rekam medis dan sistem informasi kesehatan.
Meskipun KIPDI II tidak menyebutkan secara jelas mengenai informatika kedokteran, beberapa universitas sebenarnya telah menerapkan meski kebanyakan dalam konteks aplikasi komputer. UNAIR, misalnya, mulai mengenalkan aplikasi komputer kepada mahasiswa kedokteran sejak dua tahun yang lalu.
UGM mulai 1997 sudah mengenalkan aplikasi komputer sebagai pendukung kuliah metodologi penelitian. Survei sebelum kegiatan terhadap 154 mahasiswa kedokteran tahun ketiga yang mengikuti mata kuliah metodologi penelitian menunjukkan bahwa 91 mahasiswa (60%) belum pernah menggunakan komputer sama sekali, 46 mahasiswa (30%) pernah menggunakan, sedang sisanya 15 orang (10%) familiar dengan aplikasi komputer. Tidak satu pun dari mereka yang pernah memanfaatkan aplikasi internet. Akan tetapi, sampai sekarang di UGM justru tidak mempunyai mata kuliah Informatika Kedokteran.
Padahal, IMIA (International Medical Informatics Association) merekomendasikan pendidikan informatika kesehatan dan kedokteran bagi pendidikan kedokteran. Dalam rekomendasinya, IMIA mengharapkan informatika kedokteran menjadi salah satu mata kuliah wajib dalam kurikulum kedokteran. Namun, dalam beberapa tahun ke depan diharapkan mahasiswa FK memiliki ketrampilan komputer dasar dan ketrampilan mengelola informasi. Buta komputer dan informasi dapat diberantas di lingkungan pendidikan kedokteran bila fakultas-fakultas kedokteran membuka elektif bagi program aplikasi komputer dasar tersebut.
Bila mata kuliah khusus mengenai informatika kedokteran belum ada, secara parsial informatika kedokteran dapat dikenalkan kepada mahasiswa kedokteran melalui berbagai cara seperti di bawah ini:
Sistem informasi kesehatan dan rumah sakit dikenalkan pada kuliah mata kuliah IKM (yang membahas manajemen kesehatan)
Pemanfaatan Computer Assisted Instruction (CAI) sebagai pendukung pendidikan, terutama untuk mengenalkan image-image kedokteran, seperti anatomi, histologi, parasitologi, patologi anatomi maupun radiologi.
Mata kuliah statistika, meski dalam lingkup kecil mengenalkan berbagai teori probabilitas, termasuk aplikasi komputernya.
Mata kuliah metodologi penelitian: mahasiswa dikenalkan perangkat teknologi informasi untuk penelusuran sumber infomasi, penyusunan proposal, menganalisis data, serta menampilkan dan mempresentasikan data serta hasil penelitian.
Proses pembuatan karya tulis ilmiah atau laporan penelitian.
Pengenalan teknologi komunikasi internet sebagai media komunikasi dan penelusuran sumber informasi.
Berbagai implementasi informatika kedokteran ke dalam beberapa mata kuliah secara terpisah sebenarnya kehilangan esensi dasar, yaitu memberikan panduan kepada mahasiswa mengenai sikap dan ekspektansi terhadap teknologi informasi serta komunikasi untuk menyelesaikan masalah dan pengambilan keputusan. Namun, kalaupun pelaksanaannya baru terbatas, yang penting adalah bagaimana mengenalkan mahasiswa bahwa aplikasi komputer bukan sesuatu yang asing bagi mahasiswa kedokteran. Tabel di bawah ini menyajikan silabus kuliah informatika kedokteran di beberapa institusi di dunia.
· Informatika keperawatan
· Informasi kesehatan dan teknologi komunikasi untuk konsumer
· Privasi, kerahasiaan dan keamanan dalam informatika kesehatan
Sekilas kita melihat bahwa menerapkan secara mentah-mentah apa yang telah dikembangkan di luar akan menjadi barang asing yang mungkin belum tentu membawa manfaat dan nilai tambah bagi pendidikan kedokteran. Tugas kita adalah menentukan muatan lokal materi yang perlu diberikan kepada mahasiswa berbasiskan kompetensi yang perlu dimiliki oleh lulusan fakultas kedokteran.
Sistem Pendukung
Sistem pendukung yang penting bagi pengenalan informatika kedokteran adalah perpustakaan dan laboratorium komputer. Perpustakaan masa kini dapat dikatakan tidak memadai apabila tidak menyediakan akses informasi secara elektronik, baik CD ROM maupun internet. Melalui CD ROM maupun internet, mahasiswa dapat mengakses database penelitian kedokteran terkemuka, yaitu MEDLINE yang memuat tidak kurang 8 juta sitasi penelitian biomedik di seluruh dunia semenjak 1996 hingga sekarang.
Komunikasi dengan sumber informasi luar pun akan lebih mudah bila menggunakan e-mail. Saat ini, diperkirakan 42% dokter di AS mempunyai alamat e-mail, sedangkan di Inggris kurang lebih 12,5%. Proporsi tersebut lebih besar lagi di universitas dan lembaga-lembaga pendidikan. Melalui web, mahasiswa akan dikenalkan dengan melimpahruahnya informasi kesehatan dan kedokteran, dari buku teks, database penelitian, multimedia, maupun kuis-kuis pendidikan. Ketersediaan laboratorium komputer, lebih bagus lagi dilengkapi dengan multimedia, akan membuka cakrawala baru bagi mahasiswa kedokteran terhadap luasnya aplikasi dan besarnya potensialitas komputer dalam pelayanan kesehatan.
Penutup
Dengan semakin meningkatnya perhatian terhadap informatika kedokteran maupun berbagai implementasinya di sektor kesehatan, pendidikan kedokteran perlu mengantisipasi kehadirannya dengan mempersiapkan mahasiswa kedokteran sebagai individu yang memiliki sikap dan ekspektansi positif terhadap perkembangan teknologi informasi dalam dunia kedokteran. Meskipun KIPDI II tidak secara eksplisit menyebutkan mengenai informatika kedokteran, setiap penyelenggara pendidikan kedokteran perlu menyikapinya dengan memberikan terobosan pengenalan informatika kedokteran di berbagai mata kuliah yang ada. Selain itu, program elektif untuk memberantas buta komputer perlu diselenggarakan di setiap penyelenggara pendidikan kedokteran dengan sistem pendukung perpustakaan (elektronik) dan laboratorium komputer.
Daftar Pustaka
1. Barnett, G.O. Information Technology and Medical Education. JAMA 1995;2(5):285-291
2. Cimino, JJ. Linking Patient Information Systems to Bibliographic Resources. Meth Inform Res 1996; 35:122-6
3. Coeira, E. Guide to Medical Informatics, Internet and Telemedicine. Chapman & Hall, Melbourne. 1997
4. Greenes R.A., Shortliffe E.H. Medical informatics: An emerging academic discipline and institutional priority. JAMA 1990; 263:1115-1120
5. Lindberg D, Siegel E. Use of MEDLINE by physicians for clinical problem solving. JAMA. 1993;269:3124-9
6. Lindberg, DAB, Humphreys, B.L. Computers in Medicine. JAMA. 1995;275:1667-8
7. Lindberg, DAB, Humphreys, B.L. Medical Informatics. JAMA. 1997;2777:1870-1
8. Lun, KC. Health informatics in Asia Pacific Region. Proc. APAMI Conf. 1997.
9. Shortliffe, E.H. Medical informatics meet medical education. 1995 (URL http://www-camis.stanford.edu/projects/smi-web/academics/jama-pulse.html)
10. Shortliffe EH, Perreault, L.E., Wiederhold G, Fagan, L.M., eds. Medical Informatics: Computer Application in Health Care. Reading, MA: Addison-Wesley; 1990
11. Hovenga, E., Kidd, M., Cesnik, B. Health informatics an overview. Churchill Livingstone. 1996
12. Chard, T. Computing for clinicians. Edward. Arnold. 1995
*) artikel ini pernah dimuat di majalah Medika Juni 2001.
whatisaids-pic3 Jakarta – Berdasarkan data statistik laporan kasus AIDS di Indonesia sampai Juni 2008, secara kumulatif remaja usia 15-29 tahun berkontribusi 57% dari total kasus penyakit mematikan itu.
Hal itu dikemukakan Menko Kesra Aburizal Bakrie selaku Ketua Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Nasional menyambut Hari AIDS Sedunia (HAS) 2008 yang jatuh pada 1 Desember.
Tahun ini HAS bertema ‘Yang Muda Yang Membuat Perubahan’ termuat dalam Buku Panduan Pelaksanaan Peringatan HAS 2008
Menurut Menko Kesra, dari pria yang berhubungan dengan penjaja seks, 50 persen berusia kurang dari 30 tahun dan belum menikah. Perkembangan lainnya yang merisaukan adalah meningkatnya prevalensi HIV dari waktu ke waktu.
Untuk mengatasi perkembangan epidemi yang semakin memperihatinkan ini, menjadi sangat penting bagi semua jajaran perintah di pusat maupun di daerah untuk mendorong kepemimpinan pemuda khususnya dalm upaya pencegahan penularan HIV.
“Pemuda harus mengambil tanggung jawab dan menjadi solusi ats masalah yang menimpa generasinya. Pemerintah bersama-sama dengan kalangan pemuda harus mengupayakan integrasi orang dengan HIV AIDS ODHA), yang mayoritas usia muda untuk diterima oleh masyarakat dan menapatkan layanan-layanan sosial dan medis yang memadai,” papar Aburizal Bakrie.
Ketua KPA Nasional mengimbau agar setiap kegiatan yang dilaksanakan di seluruh Indonesia ataupun masyarakat di luar negeri dapat terkoordinir dengan baik, mempunyai gaung yang luas dan daya ungkit tinggi dalam rangka penanggulangan dan pencegahan HIV dan AIDS di Indonesia.
Sedangkan, Meneg Pemuda dan Olah Raga Adhyaksa Dault selaku Ketua Panitia Nasional Peringatan HAS 2008 mengemukakan HIV dan AIDS merupakan virus terganas, muda menular, pelat tetapi pasti mematikan dan sangat membahayakan bagi kelangsungan hidup manusia.
“Sampai kini belum diketemukan obatnya, sehingga semua negara di dunia sepakat untuk memerangi, menanggulangi dan mencegah penyebaran penyakit tersebut,” demikian Adhyaksa.
Kesepakatan internasional tersebut dituangkan dalam Millenium Development Goal’s (MDG’s), tepatnya pada sasaran ketujuh, yakni mengendalikan penyebaran HIV dan AIDS dan mulai menurunnya jumlah kasus baru pada tahun 2015.(izn)

1 komentar: